SETIAP ORANG BERHAK UNTUK SUKSES

Oleh : Agus Susanto

“Karna Allah sudah menyebarkan benih kesuksesan, dalam tempat dan waktu yang tepat ketika suatu saat kita akan membutuhkan, kesuksesan hidup dalam diri kita menunggu untuk bersemi, tumbuh dan berbunga.”

Lahir dari keluarga yang sederhana membentuk sikap yang apa adanya, jujur dan pendiam, menjadikan dirinya sebagai sosok yang hangat di keluarga. Agus, begitulah sehari-hari ia disapa. Pemuda 20 tahun yang lahir di Perbaungan pada 21 Agustus 1995 ini bernama lengkap Agus Susanto, saat ini ia telah menjadi salah satu Mahasiswa di Universitas Sumatera Utara.

Perjuangan menuju posisinya sekarang ini ternyata bukanlah hal yang mudah, mengingat kondisi keluarga yang dikategorikan sebagai masyarakat menengah, begitupun baginya itu bukanlah halangan, karna ia percaya bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin untuk dicapai, seperti kata pepatah mengatakan “Where there is a will there is away – Dimana ada kemauan disitu ada jalan”.

Sejak Sekolah Dasar Agus memanglah seorang anak yang cerdas buktinya ia selalu meraih rangking 2 besar di setiap semester di kelasnya selama Sekolah Dasar. Namun ia sempat mengalami kemunduran saat ia menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama, ia hanya bisa meraih rangking 2 besar di semester awal dan hanya bisa bertengger di 15 besar disemester seterusnya. Dan ini menjadi sebuah pukulan baginya karena tidak bisa mempertahankan apa yang telah ia bangun sejak di Sekolah Dasar. Dan saat di Sekolah Menengah Atas seperti ingin membalas dendam, akhirnya ia kembali masuk ke 4 besar di setiap semesternya, walaupun tidak secemerlang di Sekolah Dasar namun setidaknya lebih baik dari kemundurannya saat di Sekolah Menengah Pertama.

Masa akhir sekolah adalah masa yang penuh dilema, untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yakni ke Perguruan Tinggi, pastilah ia dan keluarganya harus ekstra kerja keras mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Padahal keluarganya juga masih harus membiayai sekolah adiknya yang saat itu telah masuk ke jenjang Sekolah Menengah Pertama.

“Saat itu memang saat-saat yang paling membuat saya sangat bingung untuk memilih apakah saya berhak untuk kuliah atau saya harus bekerja agar tidak semakin membebani keluarga”. Ungkapnya menunjukkan perasaan bingungnya saat itu.

Yang paling ia ingat pada saat itu adalah ketika bapak yang mulai berkomentar mengenai kelanjutan pendidikannya setelah tamat Sekolah Menengah Pertama, apakah harus lanjut ke Perguruan Tinggi atau bekerja saja.

“Bapak hanya punya 3 pilihan sama kamu, Gus. Pertama bapak akan tetap mendukungmu jika kamu ingin lanjut untuk kuliah, walaupun kamu sendiri tau bagaimana kondisi kita, tapi kamu juga harus berusaha bagaimana bisa membantu bapak memenuhi kebutuhanmu disana. Kedua, kamu akan bapak kursuskan mesin atau listrik agar kamu punya keahlian dan kamu bisa dapat kerja dengan mudah, atau yang ketiga bapak akan minta bantuan bos bapak untuk bisa mempekerjakanmu di kantor dinasnya,” ucap Agus menirukan kata-kata ayahnya saat itu.

Perasaan bingung semakin memuncak tatkala mendengar pendaftaran ke seluruh Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia melalui jalur Undangan telah dibuka, setiap orang di sekolah pasti membicarakan hal ini, setiap orang saling bertanya satu sama lain. Kamu mau daftar ke universitas apa? Mau pilih jurusan apa? Mau yang di Jawa atau yang di Sumatera aja? Pertanyaan-pertanyaan yang hampir setiap hari ia jumpai setiap berpapasan dengan teman-temannya disekolah, padahal ia sendiri belum tau apakah bisa kuliah atau tidak.

“Aku teringat saat aku masih di Sekolah Dasar dulu, aku memang seorang anak yang penakut dan tidak mau bermimpi, padahal aku memiliki potensi yang besar. Suatu waktu saat kami sedang bercerita tentang masa depan kami bersama sahabat-sahabatku dulu di Sekolah Dasar, aku satu-satunya orang yang mengatakan tidak akan kuliah karena masalah biaya. Dahulu aku memang orang yang penakut, untuk menginginkan sesuatu saja aku tidak berani karna aku takut tidak akan tercapai, namun selama aku di Sekolah Menengah Atas, aku mendapatkan sahabat yang senantiasa saling mendukung satu sama lain tak peduli bagaimana keadaannya sehingga aku menjadi bersemangat untuk mengambil langkah baru untuk lanjut ke Perguruan Tinggi,” kisahnya saat teringat masa kecilnya.

Semangat yang ia dapat saat di masa Sekolah Menengah Atas membuatnya berubah haluan, ia semakin bersemangat untuk menjadi seseorang yang sukses. Ia berpikir bahwa satu-satunya yang dapat membebaskan keluarganya dari keadaan ini adalah dirinya, yakni bagaimana ia bisa menjadi orang yang sukses agar ia bisa mengangkat perekonomian keluarganya menjadi lebih baik, walaupun dulu tak pernah terlintas dipikirannya bagaimana cara mengangkat perekonomian keluarganya namun sekarang dengan tekad dan potensi yang ia punya ia yakin dapat menjadi seseorang yang sukses, dan ia tahu betul untuk mewujudkan itu semua ia harus melanjutkan kuliah.

Di atas api semangatnya yang mulai berkobar ternyata muncul awan-awan harapan yang membuatnya semakin yakin untuk memilih melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, salah satunya adalah dibukanya pendaftaran beasiswa BIDIKMISI untuk melanjut ke Perguruan Tinggi, dan beasiswa ini juga lebih dikhususkan bagi calon mahasiswa yang tidak mampu.

Dari berita itu ia langsung membicarakan tentang pilihan bapak setelah selesai SMA, maka ia memilih untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi dengan alasan ia akan berusaha mendapatkan beasiswa BIDIKMISI yang telah ia dengar pengumumannya itu untuk calon-calon mahasiwa yang kurang mampu, agar bapak tidak terlalu berat memikirkan biaya selama kuliah disana.

Akhirnya dengan mantap ia memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Namun hal yang membuatnya dilema kembali datang. Jurusan apa yang harus ia pilih dan di Universitas apa ia harus ambil? Pertanyaan yang memang membuat banyak orang akhinya menjadi dilema. Banyak hal yang harus ia pertimbangkan untuk memutuskan keputusan ini, karna dengan ini ia akan menjalani kehidupannya selama kurang lebih 4 tahun kedepan untuk menyelesaikan studi Strata 1. Dan paling tidak juga akan menjadi masa depannya  kelak, karna dengan apa yang telah ia pelajari saat ini akan menjadi dasar menjalani profesinya kedepan. Meskipun tak selamanya apa yg ia pelajari dikuliahan harus sesuai dengan pekerjaan yang akan ia pilih nantinya.

Di akhir keputusannya ia memilih untuk memasukkan jurusan Agroekoteknologi USU sebagai pilihan pertama dan Ilmu Perpustakaan USU sebagai pilihan keduanya, dengan pertimbangan bahwa ia memang lebih menonjol pada bidang Biologi dari pada mata pelajaran lain semasa di SMA dulu, dan Ilmu Perpustakaan sebagai ajang coba-coba saja.

Seperti ingin meminta-minta, ibadah yang tak pernah ia lakukan semasa hidup, saat itu bisa dia lakukan. Sholat Tahajud, Dhuha, dan lebih rajin beribadah wajib dilakoni demi meraih ridho Allah agar diberikan keputusan yang terbaik.

Di atas Arasy-Nya ternyata Ia telah menggoreskan nasib untuk lulus di jurusan pilihan pertama, yakni Agroekoteknologi USU.

“Rasanya senang, bangga, sekaligus tidak menyangka bahwa Allah benar-benar mengijabah doaku, tapi aku yakin ini semua juga karna ridho dari orang tua yang mendoakan aku disetiap sholat-sholat mereka. Dan ada hal yang aku kira menjadi hal yang tak kusangka, ternyata saat itu orang satu desa memberikan ucapan selamat bagiku sekaligus memberikan motivasi yang menurut mereka sangat perlu, karna didesa mungkin masih sangat sedikit yang bisa lulus di Universitas Negeri yang sangat bergengsi di Sumatera Utara. Dan itu membuatku semakin semangat untuk menjalani hari-hari di perkuliahan”. Ungkapnya saat ditanya bagaimana rasanya lulus di USU.

Dengan timbunan semangat yang ia dapat dari berbagai sumber motivasi yang menghampiri, ia langkahkan kaki untuk meninggalkan desa dan tinggal di Medan untuk sementara waktu hingga kuliahnya selesai, dan disana ternyata banyak sekali ilmu yang didapat, yang selama ini tak pernah ia dapatkan saat ia masih di kampung, baik dari mata kuliah yang diajarkan maupun dari pergaulan selama di Medan.

Waktu demi waktu berlalu semakin menuju ujung dengan beban untuk menjadi seorang Sarjana yang  masih ia pikul sebagai harapan besar orang tua dan masyarakat yang berharap banyak padanya untuk kembali dan membangun kampungnya. Disaat itu ia merenungkan sejenak akan dirinya saat itu, namun ia belum menemukan apa yang menjadi tuntutan para penanti sang Sarjana untuk bisa membangun desa menjadi lebih baik, sehingga ia merasa dirinya perlu untuk mengeksplor lebih dalam lagi potensi dirinya yang masih belum tergali.

Menyadari hal itu ia berusaha untuk melakukan hal – hal terbaik dari dirinya untuk menghasilkan karya terbaik yang pernah ada, namun ternyata tak segampang membalikkan telapak tangan, menumbuhkan kemauan diri sendirilah yang menjadi masalah terbesar dalam mentransformasikan dirinya saat itu, sehingga perlu cara lain agar perubahan ini berhasil ia lakukan.

Seakan Allah telah menyusunkan tangga-tangga menuju kesuksesan padanya. Sebuah Beasiswa Pembinaan hadir dan melakukan recruitment untuk angkatan pertama di USU. Rumah Kepemimpinan Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis Regional 6 Medan atau biasa disingkat RK PPSDMS R6 Medan. Salah satu Program Beasiswa yang tak hanya memberikan uang saku kepada penerimanya namun juga melakukan pembinaan kepada para penerimanya untuk membentuk SDM yang Strategis dengan 4 jati diri: Muslim Produktif, Aktifis Pergerakan, Mahasiswa Berprestasi, dan memiliki rasa Kekeluargaan dan Kebersamaan, membentuknya menjadi pribadi yang memiliki pemahaman secara konfrehensif.

Menjadi bagian dari RK PPSDMS merupakan sebuah anugerah besar yang diberikan oleh Allah bagi dirinya, menjadi bagian dari RK PPSDMS berarti berani menjadi sosok perubahan, dan menjadi bagian dari RK PPSDMS berarti ikut andil dalam menata kembali negara ini menjadi negara yang lebih baik dan bermartabat serta selalu mendapatkan kebaikan dari Allah pencipta Alam semesta

Sejak bergabung bersama PPSDMS ia mulai merasa perubahan dalam diri menuju hal yang lebih baik mulai terbangun, mencoba memperluas kapasitas diri, menjadikan setiap waktu sebagai bagian yang berharga, dan melakuakan segala hal dengan penuh rasa tanggungjawab.

RK PPSDMS telah menjadi rumah kedua baginya untuk membentuk karakter seorang insan yang bertawakal namun tetap prestatif, dan ia percaya bahwa iniadalah takdir Allah yang telah digariskan sebagai proses baginya untuk mencapai kesuksesan itu, karna Allah sudah menyebarkan benih kesuksesan, dalam tempat dan waktu yang tepat ketika suatu saat kita akan membutuhkan, kesuksesan hidup dalam diri kita menunggu untuk Bersemi, Tumbuh dan Berbunga.

Sumber : Buku Langkah Tak Beraturan, 2015

Leave a Comment