SABAR SAAT DI BAWAH WAJAR SAAT DI ATAS

Oleh : Muhtar Ardansah Munthe*

Sebuah desa nan elok yang letaknya jauh dari keramaian kota, suasananya begitu nyaman dengan udara yang menyejukkan. Desa Laembulan, Pakpak Bharat tempat dimana seorang anak dilahirkan. Seorang anak yang punya mimpi besar untuk membawa perubahan dalam keluarga, bagi lingkungan tempat tinggal dan juga punya mimpi memberi perubahan pada Bangsa dan Negara. Suatu hari, tepatnya di hari Rabu tanggal 2 Juli 1994.  Dua puluh satu tahun yang lalu seorang anak laki-laki lahir dari rahim seorang ibu yang sangat kuat dan tegar,  Rijah Br. Berutu itu nama ibu saya, dan Ayah saya  bernama Posman Munthe, Orang tua saya bekerja sebagai petani di sawah, dan diladang warisan dari Oppung (nenek moyang) saya. Ibu biasanya dipanggil dengan kata “Omak” dan ayah di panggil “Bapak” itu biasa panggil di kampung saya. Anak yang baru lahir itu, yaitu saya. Saya diberi nama orang tua saya “Muhtar Ardansah Munthe”.

Nama merupakan suatu doa dan harapan bagi orang tuanya, kata Muhtar itu bermakna “Pilihan” dengan harapan bahwa saya menjadi orang pilihan di masa depan yang dapat mengangkat derajad dan martabat Keluarga, Bangsa dan Negara. Kata Ardansah berasal dari kata“ARDAN” (bahasa daerah/pakpak) dalam bahasa Indonesianya bisa disebut “Tangga”. Ini bermakna agar saya dapat mengerti tentang kehidupan dan dapat mensyukurinya, seperti halnya Tangga pada umumnya kita harus menginjak dan berdiri di tangga pertama baru akan kita ke tangga kedua, ketiga dan begitu seterusnya. Sehingga harapannya dengan diberinya nama ”Muhtar Ardansah Munthe.” Saya dapat mengerti dan menjalani proses itu, karena kata Omak saya, “Terkadang kita tidak boleh hanya melihat hasilnya saja, tapi kita harus melihat dan menikmati prosesnya.”  Sedang orang bijak mengatakan ”Sabar Saat Berada di Bawah dan Wajar Saat Berada di Atas” artinya kita harus menikmati suatu proses, harus terus berjuang dalam menjalani kehidupan ini, kita harus sabar apabila kita masih berada di bawah artinya kita harus lebih berjuang lagi, dan wajar saat di atas bermakna dengan proses yang telah kita jalani maka kita akan sanggup dan wajar dengan apa yang kita peroleh, berjuang untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Saya pegang prinsip seorang filsuf yang mengatakan “Hanya orang MATI yang melihat pertempuran berakhir, terus berjuang sampai kemenangan kamu dapatkan, karena perjuangan adalah tanda seseorang yang masih hidup.”

Muhtar, itu panggilan akrab terhadap saya, saya tumbuh dengan kasih sayang yang begitu tinggi dari kedua orangtua saya,  sehingga saya tumbuh menjadi anak yang baik dalam tingkah lakunya dan cerdas dalam pemikirannya. Saya sangat disenangi oleh orang-orang di sekitar saya, meskipun saya akui saya agak nakal dan keras kepala tapi hati saya baik dan suka menolong orang lain, itu penilaian dari tetangga-tetangga saya. Pada saat saya berumur tujuh  tahun, saya masuk sekolah di SDN 1 Pardomuan STTU JULU Pakpak Bharat, Sekolah Dasar terdekat dari kampung saya. Di sekolah sayapun dikenal sebagai orang yang pandai walau sedikit jahil. Saya pun selalu mendapat juara kelas.

            Setelah lulus dari Sekolah Dasar saya melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 STTU JULU Pakpak Bharat, yang jaraknya 5,5 Km dari kampung saya sehingga harus berjalan kaki 11 Km setiap harinya. Dengan jarak sejauh itu saya harus bangun pagi sebelum orang-orang bangun atau bangun sebelum ayam berkokok. Karena saya tidak mau mengganggu tidur Ibu, saya harus masak sendiri untuk sarapan pagi sekaligus bekal makan siang di sekolah. Di SMP saya juga selalu mendapat juara kelas dan juara umum dan banyak perlombaan yang saya ikutserta. Lulus dari SMP saya pun melanjut ke SMAN 1 STTU JULU Pakpak Bharat yang baru dibangun sekitar kecamatan tempat tinggal saya. Jarak dari SMA ke  rumah saya sekitar 3 Km. Pada saat sekolah di  SMA, saya  juga mendapat juara kelas, banyak ajang perlombaan yang juga saya ikut serta, beberapa ajang saya keluar sebagai terbaik, baik itu juara  LTTK Koperasi dan juara Karya Tulis Ilmiah yang bertemakan Koperasi. Saya juga pernah menjadi duta sekolah untuk mewakili kabupaten sebagai perwakilan siswa anti narkoba.

Di tahun 2010, atau sekitar 5 tahun  yang lalu merupakan hal yang paling menyakitkan di dalam kehidupan saya. Saat itu saya  duduk di kelas 1 SMA dan saya harus menghadapi peristiwa yang menyedihkan. Saya ditinggalkan oleh seseorang yang sangat saya cintai dan saya hormati dalam hidup saya, INNALILLAHI WA INNALILLAHI ROJIUUN, semoga amal ibadah Ayah saya diterima di sisi Allah. Ayah yang sangat saya cintai dan saya hormati, yang saya ingin membahagiakannya di masa depan dan kini harus meninggal dunia dan meninggalkan saya dan keluarga untuk selamanya. Saat Ayah  meninggalkan dunia, saat itu saya sangat terpukul dan jujur saya sempat putus asa karena saya sangat kuatir saya tidak dapat melanjutkan sekolah untuk ke perguruan tinggi nanti, karena salah satu orang yang mencari nafkah telah meninggalkan kami untuk selamanya. Apabila mengenang masa itu, airmata ini pun ikut menggambarkan betapa menyedihkannya peristiwa itu. Pesan saya kepada pembaca “Sayangilah orang tua kita, selagi mereka masih ada di hadapan kita, berbaktilah kepadanaya, karena suatu saat teman-teman juga akan merasakan apa yang telah saya rasakan”. Saya sempat berfikir bahwa Tuhan itu tidak adil, mengapa Tuhan harus mengambil nyawa ayah saya, padahal ayah saya adalah tulang punggung keluarga, ayah saya orang yang baik dan juga belum begitu tua. Sepeninggal ayah saya, saya hanya dibesarkan oleh seorang ibu dan juga tiga abang saya. Dengan kerja keras ibu harus menyekolahkan saya dan dua adik saya.

            Tahun 2013 yang lalu menjadi tahun yang begitu mengkhwatirkan bagi diri saya, sebab ditahun itu saya akan lulus dari SMA. Saya berfikir, akankah saya akan melanjutkan ke perguruan tinggi? Ataukah saya hanya terdiam dan tinggal di kampung ini seperti nenek moyang dan juga orangtua saya? Itu menjadi pertanyaan yang begitu besar dan selalu ada dalam pikiran saya. Apalagi saat sedang sendiri, bayang-bayang ayah saya dan pertanyaan-pertanyaan itu selalu dalam pikiran saya. Pertanyaan itu juga menjadi motivasi dan saya jadikan sebagai batu loncatan sehingga saya belajar keras tanpa kenal lelah. Di rumah atau di ladang saya selalu belajar dan mengingat pelajaran, agar dengan cara ini Omak saya lebih semangat untuk menyekolahkan saya. Pertanyaan-pertanyaan selalu meliputi hari-hari saya. ‘Jadi apakah aku nanti? Jadi apakah aku jika aku hanya berada di kampung ini dan hanya lulus SMA saja?’ Dengan usaha dan doa dari orang-orang yang menyayangi saya, akhirnya ALHAMDULILLAH ternyata Tuhan, Allah SWT itu tidak pernah tidur dan Tuhan selalu mendengarkan doa-doa dari hambanya  yang ikhlas yang selalu  berusaha.

Setelah lulus SMA saya sibuk untuk memikirkan ke perguruan tinggi, saya bingung antara mau melanjut ke perguruan tinggi atau hanya cukup lulus SMA saja. Sebenarnya dari lubuk hati, saya  sangat ingin  melanjut ke perguruan tinggi, ingin sekali untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan. Saya takut untuk konsultasi dengan Omak, takut  menyinggung hati dan menambah beban Omak saya. Tapi apabila saya tidak melanjut, apakah saya bisa berkembang disini? Apakah saya bisa membanggakan Omak dengan tinggal disini? Apakah saya bisa mewujudkan cita-cita dengan tinggal disini? Jawabannya tentu hanya Allah yang tau. Saya punya mimpi untuk membawa Omak saya ke Mekkah suatu saat nanti sebagai tamu ALLAH untuk melaksanakan Haji. Amin. (Mohon doa teman-teman yang membaca cerita ini agar kita bisa memenuhi harapan dan sukses untuk teman-teman semua dan dapat membuat Omak kita bangga punya anak seperti kita. Air mata ini berlinang saat menulis kata-kata ini. Jadi teringat omak saya yang jauh di kampung sana)

            Setelah berfikir lama dan menimbang segala sesuatunya saya memberanikan diri untuk bercerita dan konsultasi kepada Omak tentang adanya jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri) dan adanya Program dari Pemerintah Republik Indonesia yang disebut Beasiswa BIDIKMISI, yaitu Beasiswa kepada orang-orang yang berprestasi dan punya kemauan keras untuk maju kedepan dan ingin melanjut ke perguruan tinggi tetapi punya kendala dalam keuangan. Beasiswa BIDIKMISI merupakan kebijakan pemerintah yang sangat membantu anak-anak bangsa yang punya keinginan untuk maju. Dengan adanya Beasiswa BIDIKMISI, keluarga yang kurang mampu pun dapat melanjut keperguruan tinggi asalkan dengan tekat baja dan tanpa menyerah. Saya tidak hanya berbicara tapi saya adalah salah satu produk dari kerja keras itu. Dengan beasiswa BIDIKMISI kebutuhan mahasiswa akan ditanggung oleh Pemerintah Republik Indonesia. Setelah sekian lama bercerita Omak saya pun menyetujuinya, dengan tiga syarat; Muhtar harus rajin belajar, tidak lupa sholat, dan pantang menyerah. Karena Omak saya yakin Tuhan akan selalu membantu hambanya yang lemah apabila hamba tersebut punya kemauan. Dengan yakin saya pun menyutujui syarat tersebut dan berjanji tak akan pernah membuat Omak kecewa. Keesokan harinya saya pun berdiskusi dengan guru kelas, dengan berbagai pertimbangan saya mendaftar dan ikut Program BIDIKMISI dan mengambil di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, dan Jurusan Kehutanan.

Setelah sekian lama menunggu, dan hari-hari yang dinantikan pun tiba, Suatu hari  tepatnya itu di hari rabu sore, ALHAMDULILLAH, suatu kalimat yang selalu di panjatkan dalam setiap doa, “Ya Allah, pilihlah aku menjadi salah satu mahasiswa yang mendapat Beasiswa BIDIKMISI” akhirnya terkabulkan. Akhirnya saya dengar kata “Menang” dari salah seorang teman saya yang ada di medan, saya di terima di Universitas Sumatera Utara dan mendapatkan Beasiswa BIDIKMISI. ALHAMDULILLAH, TERIMAKASIH IBU, TERIMA KASIH TUHAN, TERIMA KASIH BANGSAKU, begitu terucap dari mulut ini dan saya langsung sujud syukur. Saya tidak tahu melanjut atau tidak apabila saya tidak lulus beasiswa ini, karena saya mengetahui finansial keluarga saya, kemungkinan besar saya tidak akan melanjutkan ke perguruan tinggi dan hanya tinggal di kampung.

TERIMA KASIH INDONESIA, TERIMA KASIH BIDIKMISI, AKU BERJANJI TIDAK AKAN MENGECEWAKANMU, begitu janji yang aku tanamkan dalam diri ini, setelah aku lulus masuk ke perguruan tinggi. Itulah segelintir perjalanan hidupku untuk meraih hidup yang lebih baik di masa depan, besar harapan semoga dapat menginspirasi teman-teman pembaca. SALAM PERJUANGAN DARI ANAK MUDA CALON PEMIMPIN MASA DEPAN.

Sumber : Buku Langkah Tak Beraturan, 2015

Leave a Comment