Haloo Sobat Marhatahata,,,
Pendahuluan
Di tengah kota Panyabungan, ibu kota Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, berdiri megah sebuah masjid yang menjadi ikon religius sekaligus kebanggaan masyarakat setempat, yakni Masjid Agung Nur ‘Ala Nur. Nama masjid ini memiliki makna mendalam—“Cahaya di atas cahaya”, yang merupakan kutipan dari ayat Al-Qur’an (An-Nur: 35), menggambarkan pentingnya cahaya hidayah dalam kehidupan manusia.
Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat dakwah, pendidikan, dan kegiatan sosial umat Islam di Mandailing Natal. Dengan arsitektur yang megah dan fasilitas yang lengkap, Masjid Agung Nur ‘Ala Nur telah menjadi simbol kemajuan spiritual dan budaya masyarakat Madina.
Sejarah Pembangunan
Pembangunan Masjid Agung Nur ‘Ala Nur dimulai sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah dan masyarakat untuk memiliki pusat peribadatan yang representatif, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan sarana ibadah. Masjid ini dibangun secara bertahap dan resmi digunakan pada awal dekade 2010-an. Dukungan dari berbagai kalangan, baik dari pemerintah, tokoh agama, maupun masyarakat luas, turut mempercepat proses realisasinya.
Arsitektur dan Desain
Masjid Agung Nur ‘Ala Nur memiliki gaya arsitektur modern dengan sentuhan islami klasik. Kubah utama berwarna emas dan beberapa menara tinggi menjadi ciri khasnya yang mudah dikenali dari kejauhan. Interior masjid dirancang dengan memperhatikan kenyamanan jemaah, dilengkapi dengan ornamen kaligrafi yang indah, pencahayaan natural yang cukup, serta sistem audio yang menunjang pelaksanaan ibadah berjamaah.
Ruang utama masjid dapat menampung ribuan jemaah, dan terbagi menjadi beberapa area seperti:
- Ruang shalat utama pria dan wanita,
- Ruang serbaguna untuk kegiatan keagamaan dan pendidikan,
- Kantor pengelola masjid,
- Tempat wudhu dan toilet yang bersih serta terawat.
Fungsi dan Kegiatan
Sebagai masjid agung, Masjid Nur ‘Ala Nur tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai:
- Pusat kajian keislaman dan dakwah, di mana rutin diselenggarakan pengajian, khutbah, ceramah, dan pelatihan keagamaan.
- Tempat pendidikan Islam, seperti TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) dan kegiatan belajar Al-Qur’an untuk anak-anak maupun dewasa.
- Lokasi kegiatan sosial, termasuk pembagian zakat, bantuan bencana, hingga kegiatan sosial lainnya seperti donor darah dan bakti sosial.
- Pusat peringatan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Idul Fitri, dan Idul Adha, yang dihadiri oleh ribuan masyarakat dari seluruh penjuru Madina.
Peran Strategis di Masyarakat
Masjid ini juga berperan dalam membina ukhuwah Islamiyah (persaudaraan umat Islam) dan mendorong semangat persatuan. Berbagai kegiatan masjid melibatkan generasi muda, tokoh agama, dan organisasi Islam lokal, menjadikan masjid sebagai ruang inklusif untuk semua kalangan.
Lokasi yang strategis di pusat kota menjadikan Masjid Agung Nur ‘Ala Nur sebagai landmark utama Panyabungan. Masjid ini sering dikunjungi oleh wisatawan, jamaah luar kota, dan menjadi tempat istirahat spiritual bagi para musafir yang melewati jalur lintas Sumatera.
Penutup
Masjid Agung Nur ‘Ala Nur Panyabungan adalah lebih dari sekadar bangunan ibadah—ia adalah simbol kebangkitan spiritual dan budaya Islam di Mandailing Natal. Dengan peran sentralnya dalam kehidupan masyarakat, masjid ini terus menjadi sumber cahaya, seperti namanya: Nur ‘Ala Nur, cahaya di atas cahaya, yang menyinari kehidupan umat menuju kebaikan dan keberkahan.