Puisi ~ Makan Malam

Makan Malam

Matahari pamit, langit mulai meredup,
di meja kayu tua, aroma masakan menelusup.
Piring-piring bersiap rapi,
sendok dan garpu berdansa tanpa bunyi.

Ada nasi hangat mengepul manja,
sayur tumis, sambal, dan tempe goreng setia.
Bukan hidangan mewah bintang lima,
tapi rasa syukur terasa di tiap suapan pertama.

Tawa kecil pecah di sela cerita,
tentang bos galak dan macet di tengah kota.
Ada canda, ada cerita sekolah,
dan ibu yang menatap penuh lelah, tapi ramah.

Makan malam bukan sekadar kenyang,
tapi tempat hati pulang dan tenang.
Karena di meja ini kita saling tahu,
bahwa cinta bisa disajikan hangat tanpa perlu kata “aku rindu.”

Leave a Comment