Topeng Cermin
Di balik senyum yang selalu benar,
Tersembunyi luka yang tak pernah gentar.
Berkaca pada pujian, menolak cela,
Dirinya raja dalam cerita yang ia reka.
Langkahnya megah di panggung maya,
Mencari sorak, bukan suara nyata.
Segala tentangnya harus sempurna,
Tak ada ruang untuk salah atau nestapa.
Tapi di malam paling hening,
Saat sorot lampu tak lagi menggiring,
Hatinya bertanya — siapa aku sebenarnya,
Tanpa sanjung, tanpa puja?
Ia haus akan cermin, bukan karena sombong,
Tapi takut melihat dirinya yang kosong.
Takut bahwa tanpa sorak dan decak,
Ia hanyalah bayangan yang rapuh dan retak.
Narcissus modern dalam balutan zaman,
Terjebak dalam citra yang terus ia tahan.
Bukan kebanggaan yang ia cari,
Tapi penerimaan—yang tak kunjung dihampiri.