Saat beranjak dewasa,
Rupanya kita akan bertemu dengan lalu lalang manusia,
Mereka datang dengan membawa ragam untaian memory,
Ada yang datang melukis untaian cerita bahagia,
Banyak juga yang meninggalkan cerita yang tak manis untuk dikenang,
.
Dan suatu hari,
Kita bertemu tanpa sengaja,
Lalu kamu hadir tanpa izin menuju inti hati,
Perlahan membawaku pergi tuk berkeliling mengitari canda dan tawa,
Kamu juga perlahan melukis cerita yang manis,
Aku menikmati rasa rindu yang hadir,
Berkelana pada hati yang bahagia,
Menggenggam kata dan rasa pada hari-hari yang indah,
.
Hingga pada suatu hari,
Gerimis dan hujan,
Membisikkan tanya tentang ujung dari sebuah kisah yang hampir sempurna,
Namun rupanya,
Angin pagi membawaku sebuah pesan hangat,
Yang masuk melalui ventilasi jendela kamar yang sederhana,
Tempatku menuliskan mimpi dan beragam cerita bahagia dan luka,
.
Ya, kamu pergi,
Kamu pergi tak meninggalkan pamit,
Atau hanya sekedar pesan bahwa kisah kita telah pada ujungnya,
Bahwa kita adalah bahtera yang tak menemukan dermaganya,
.
Hatiku teriris,
Ragaku retak,
Sayapku patah,
Dan sepertinya aku butuh beberapa pagi, Untuk mengambil senyumku yang tiba-tiba saja menghilang,
Aku butuh beberapa senja,
Untuk melupakan rindu dan kagum yang telah menemukan ruangnya dalam hati,
.
Bukankah sebaiknya,
Jika ingin pergi dari kisah yang tidak usai,
Pamit atau meninggalkan pesan?
.
.
Cipt : Ahmad Zubeir Rangkuti
Sajak Puisi lIl Pergi Tanpa Pamit
