Drama Haji Furoda

Haloo Sobat Marhatahata,,,

Berikut ini adalah edukasi tentang Haji Furoda dari Mas Dewa Eka Prayoga saat Haji Furoda yang saya share dari Facebook : Dewa Eka Prayoga. Semoga bermanfaat.

Subhanallah… Ini tiba-tiba banyak banget yang japri lintas platform menanyakan pengalaman “Haji Furoda” kang Dewa dan istri, khususnya setelah mereka baca postingan mba Tri Widayanti di Facebook. Hmm… Izin Saya menanggapi ya.

Jadi begini…

Apa yang dituliskan beliau di postingan hanya sebatas pengalaman yang dirasakan oleh beliau, namun bukan berarti judgement atau generalisir bahwa Furoda itu “mengenaskan”. Jangan sampai Haji Furoda jadi ternoda hanya gara-gara pikiran pembaca yang mengeneralisir sebuah tulisan yang diambil dari pengalaman. Paham kan ya? Bismillah… Catat dulu poinnya. ✍️

Saya pribadi bisa merasakan apa yang dirasakan oleh mba Tiwi, bahkan di kolom komentar postingannya Saya sempat bilang bahwa Saya malah cenderung “lebih ekstrim”, karena banyak hal di luar ekspektasi kami akhirnya menimpa, semisal: ketidakjelasan berangkat naik pesawat apa, di pesawat cuma berdua doang bareng istri, di bandara Jeddah nunggu sampai 2 jam lebih sebelum naik bus, di bus & maktab checkpoint planga plongo karena gak ada tour leadernya, di hotel transit istri gak dapat kamar dan harus nebeng jamaah lain, dan masih banyak lagi. Ah, subhanallah banget pokoknya… hehe 😁

Intinya, kalau mau Saya jabarkan dan detailkan semua “friction” yang ada, bakal banyak banget. Tapi Saya memilih untuk tidak membuka semuanya ke publik. Cukup diambil pelajarannya saja dan ambill hikmah terbaiknya.

(Catatan: Friction adalah apa-apa yang bikin orang kecewa, sehingga berpotensi merembet kemana-mana, termasuk gak repeat order dan gak mau ngasih referral bahkan ngasih rating buruk. Biasanya dibahas dalam ilmu Flywheel Marketing, kompornya kalau di Indonesia adalah Mas Arisdiansah)

Saya bersyukur…

Saya diajarkan oleh guru Saya, Pak Prasetya M Brata, untuk pintar-pintar melakukan “reframing”. Misalnya:

Saat tiket pesawat gak jelas, “Oh, ini cara Allah untuk nguji Tawakkal kita…”.

Saat di pesawat cuma berdua gak bareng rombongan, “Oh, ini cara Allah buat kita supaya serasa Couple Time atau Ngedate bareng…”

Saat nunggu 2 jam di bandara Jeddah sampai harus pindah bus lain, “Oh, ini cara Allah untuk nguji kesabaran kita…”.

Saat di bus dan checkpoint maktab planga plongo, “Oh, ini cara Allah agar Saya mempraktekkan lagi Bahasa Arab yang dulu sempat belajar sampai 3 tahun di Pondok…”.

Saat istri gak dapat hotel di Jeddah, “Oh, ini cara Allah agar kita gak berharap pada mahluk, karena udah pasti kecewa…”

…dan pembelajaran-pembelajaran lainnya.

(Catatan: Reframing adalah teknik mengubah cara pandang atau respon terhadap sesuatu).

Sekali lagi, Saya mau gak nyebutin semuanya. Cukup beberapa hal saja untuk dijadikan hikmah serta pelajaran.

Tapi lagi-lagi, firman Allah benar adanya:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)

Bayangkan, ayatnya diulang sampe 2x.

Bahkan, kata yang digunakan dalam ayat tersebut adalah “ma’a” (bersama) bukan “ba’da” (setelah). Artinya, kemudahan itu akan LANGSUNG dipasangkan sama Allah. MasyaaAllah… Allah Maha Baik. 😭

Dan inilah yang terjadi pada Saya…

Kekecewaan demi kekecewaan tersebut hanya berlangsung sampai hotel transit di Mekkah saja, karena setelah 1 malam disana, akhirnya Saya dijemput oleh tour leader sekaligus pembimbing kami di travel yang sudah Allah pilih dan pasangkan, yakni Ust Oktri Cahaya Hati dari travel Cahaya Hati, Pekanbaru, Riau.

Bayangin aja, Saya tinggal di Bandung, aktivitas Saya kebanyakan di Jabodetabek. Ngisi atau main ke Pekanbaru (Riau) bahkan belum pernah, eh sama Allah dipertemukan sama mereka, termasuk 20 jamaahnya yang MasyaaAllah baik-baik dan ramah banget disini. Ini kebahagiaan tak ternilai.

Belum lagi Ustadz Oktri selalu berusaha untuk membuat sesi demi sesi selama Haji selalu terisi, entah itu dengan mengadakan kajian, doa, dzikir, sholawat, istighfar, dan rutinitas baik lainnya. Ah, ini mahal banget. Lagi-lagi, tak ternilai harganya.

Sampai-sampai saat Wukuf di Arofah, kita-kita yang mungkin duduk dzikir 1-2 jam aja biasanya langsung pegel, tapi sama Ustadz Oktri dibimbing dari mulai doa, dzikir, sholawat, dan istighfarnya, gak kerasa hampir 6 jam. Pastinya, bikin mewek. Tumpah semua! 😭😭😭

Intinya, setelah kesulitan itu, ada kemudahan.

Bahkan kemudahannya banyak banget. Misalnya nih ya, tenda kami di Mina kalau jamaah lain itu dipisah antara ikhwan dan akhwat, tapi di kami, karena hasil nego Ustadz Oktri, jadi nyatu dan dipisahkan oleh pembatas kain aja. Hikmahnya, saat sesi pegel-pegel atau capek, kita para kaum lelaki alias suami, bisa manggil istri untuk saling pijit memijit. Pun saat makan pagi, siang, dan malam, bisa makan terus sama istri. Colek Wiwin Supiyah.

Gak cuma itu, tenda kami di Mina, sampingnya itu qodarullah kosong. Lagi-lagi, ini kemudahan. Sehingga setiap sholat jamaah wajib dan sunnah, kami bisa laksanakan di tenda sebelah. Nikmat ini mahal harganya tentunya. MasyaaAllah…

Perihal tenda di Mina, “Kang, apa benar maktab/tendanya jauh ke Jamarat?”.

Jawab: Ya. Benar.

Karena Saya dan istri berada di maktab 55. Setahu Saya, ini emang di ujung. Makanya wajar kalau mba Tiwi cerita bahwa perjalanan saat lontar jumrohnya jauh. Benar itu. Walaupun gak nyampe 20 km, bolak balik Saya hitung sih kisaran 7 km dari maktab 55 sampai ke Jamarat. Kalau ditotal 3x lontar jumroh selama 3 hari berturut-turut, nyampe 20 km juga sih. Anggap lah 7 km x 3 kali, 21 km.

Tapi sekali lagi, yuk kita reframing lagi…

“Oh, ini mungkin cara Allah untuk bikin kita lebih sehat dengan berjalan lebih jauh hingga 6-7 km”

Sekali lagi, terima aja semuanya satu paket.

Furoda sangat direkomendasikan untuk kalian orang-orang yang “gak mau antri lama” dan punya duit lebih untuk bayarnya. Namun, jangan protes kalau dalam prosesnya, dibikin deg-degan dan ada beberapa fasilitas yang tidak sesuai harapan. Telen aja semuanya. Terima.

Lagian, diberangkatkan Saya, istri, juga mba Tiwi dan Suami di Hajian tahun ini, udah lebih dari cukup. Mengingat masih banyak kawan-kawan yang udah daftar Furoda, bayar mahal, nungguin & nginep di dekat bandara Jakarta, eh qodarullah Allah belum panggil & berangkatkan. Sekali lagi, ini udah bersyukur banget.

Tentu kita pun berdoa, agar kawan-kawan yang udah daftar Furoda tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, Allah berangkatkan di waktu terbaik-Nya. Kita gak pernah tahu kapan. Imani saja.

Lantas, apakah Furoda ini rekomen?

Jawab: Highly Recommended banget! Wabilkhusus buat kalian yang punya duit lebih dan pengen cepet berangkat (tanpa harus antri betahun-tahun hingga puluhan tahun).

Karena value proposition Furoda itu, “tanpa antri lama” nya. Tapi, bukan berarti sempurna seluruh fasilitas dan layanannya. Karena setahu Saya, Furoda pun ada level-levelnya. Intinya, tergantung kita bayar berapa lah. Money talk.

Saya pun kalau jadi pebisnis travel, mungkin bakal bikin pricing strategy yang sama. Ada harga, ada rupa. Kalau bayar sekian, dapatnya apa aja. Kalau bayarnya cuma sekian, ya ini aja. Wajar lah intinya.

Maka pesan buat siapapun Anda yang punya goal berangkat Haji lewat jalur Furoda, baiknya:

Pahami dulu esensi Furoda itu kaya apa. Anda bisa baca cerita-cerita mereka yang ikut Furoda di tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya.

Cek juga fasilitas detailnya, mulai dari pesawatnya, hotelnya, makannya, dan lain-lainnya. Karena ini bakal jadi cost pembeda dibanding level Furoda yang lain.

Tentunya, Anda pun perlu memilih travel yang memang terpercaya dan berizin resmi.

Saya pribadi bersyukur karena “diterima” di rombongan Travel Cahaya Hati di saat di travel sebelumnya banyak gak dapat kejelasan. Saking gak jelasnya, koper, tas ransel, buku panduan, kain ihrom, dan manasik aja gak ada. 🙈

Makasih banyak buat Ustadz Oktri dan tim Cahaya Hati yang udah mau melayani kami sepenuh hati, sampai-sampai Saya bingung mau makasihnya gimana, yaudah deh Saya promote aja travelnya disini sekalian dan di Instagram. Lumayan lah followersnya naik jadi 5000+. Hehe… Makasih banyak ya teh Rika (CEO nya). 😁🙏

Semoga dengan tulisan ini, kawan-kawan bisa lebih bijak dalam menilai value furoda ya. Jangan sampai juga demand jadi turun dan track record jadi buruk gara-gara cerita pengalaman mba Tiwi. Sekali lagi, ambil yang baiknya aja. Buang yang buruknya. Dan tentunya, sebagai pembaca, jangan lakukan generalisir, plus kudu pinter-pinter ambil hikmah.

Dan pelajaran penting buat travel atau siapapun yang ngajak orang pake Furoda, please tolong jelaskan sejelas-jelasnya ke Jamaah mengenai layanan yang akan mereka dapatkan. Jangan sampai mereka beli kucing dalam karung. Kasihan buat mereka yang berharap indah dan dapat fasilitas Furoda, tapi malah lebih parah dari Fuqoro. Jagain ekspektasi mereka. Jangan sampai Value Correction di kemudian hari dan menodai brand travel-travel lain yang udah bener & on the track. Ingat, jamaah Haji itu tamu Allah. Jangan anggap remeh dan sepele pelayanan tamu Allah. ✍️

(Catatan: Value Correction akan terjadi ketika value yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan customer, kalau kata kang Rendy Saputra)

Semoga tulisan ini bermanfaat dan mengedukasi kawan-kawan semua ya. Aamiin..

Maafin Saya dan mba Tiwi kalau ada salah-salah kata. Kami juga manusia. Tak luput dari salah dan khilaf. Maaf… 🙏

(Catatan: foto terlampir adalah saat perjalanan ke Jamarat untuk Lontar Jumroh. Padat. Ramai. Jauh. Cangkeul. MasyaaAllah… 😁)

Sumber Cerita dan Foto Headline Facebook : Dewa Eka Prayoga

Leave a Comment