Kumpulan Kata-Kata Bijak KAI di Twitter

Haloo Sobat Marhatahata,,,

Berikut ini adalah kumpulan Kata-Kata Bijak KAI di Twitter.

Selamat membaca.

Jangan lupa ucapkan kata terima kasih kepada diri sendiri. Yang selalu kuat untuk segala hal yang tidak menyenangkan. Yang selalu ingin menyerah, namun nyatanya selalu bisa menyelesaikan. Bahagia dan berbanggalah untuk diri kalian! Yang bisa sampai di titik ini dengan segala “drama”, hingga pengujung hari.

Mungkin perpisahan adalah satu-satunya jalan yang harus kamu pilih, jika kebersamaan hanya malah membuatmu tertatih-tatih. Tidak perlu bersedih, teruslah berjalan hingga kesendirian membentukmu menjadi pribadi yang kuat dan terlatih.

Kiraku dulu, saat berpisah denganmu adalah sebuah paksaan tanpa persetujuan. Hingga banyak waktu terlewati, juga banyak “kisah” menghampiri, tapi aku tetap bisu dan lebih memilih berlalu. Kini aku tahu, perpisahan yang kita lalui adalah perjuangan. “Merasa terpaksa” ternyata sebuah persetujuan tidak tertulis tentang waktu, aku, dan kamu. Untuk hal yang sedang kita rencanakan, bagaimana pun kondisinya, perjumpaan adalah sebuah perayaan. Ya kan?

Hatimu boleh patah, matamu boleh basah. Tapi ingat, kamu jangan pernah menyerah. Percayalah, perlahan-lahan semua akan menjadi baik-baik saja.

Aku bagaikan rumah dan kamu tamunya. Sebagaimana yang datang akan kusambut dan yang pergi akan kupersilakan. Namun jika kau yakin aku adalah sebaik-baiknya tujuan, menetaplah. Akan kubuat kau menjadi betah, layaknya sang pemilik rumah.

Luluhnya hati orang cuek itu, kalau sudah rindu dia gak bakal main-main. Notif pesan singkat dari kamu aja masih setia ditunggu, apalagi datangnya kamu yang pasti selalu dinanti-nanti. Aku cuek tapi rindu kamu, makanya selalu banyak tanya, walau cuma: “Kamu lagi apa?” “Di mana?” atau sesekali “Kapan aku bisa jemput kamu lagi, di stasiun itu?” Datang dan jangan ragu temui aku, sepertinya kita sedang sama-sama merindu. Ya kan?

Tidak usah memaksa untuk mencari lagi dan jangan sekali-kali mengakhiri, jika masih bisa diperbaiki. Jangan juga meninggalkan, kalau masih bisa sama-sama dibicarakan. Karena, Aku dan Kamu “adalah” hari ini, esok, dan nanti.

Kita mungkin sebatas “pernah saling” yang hampir asing. Jika jauhmu nanti menjadi alasan untuk selalu ingin bertemu, datang dan bawalah bahagiamu. Untuk hal yang sedang kita upayakan, bisakah kamu menunggu dan sepenuhnya percaya padaku?

Biarlah air mata ini menjadi pengganti ucapan selamat tinggal, karena tiada kata yang tepat yang bisa kusampaikan saat tiba waktunya perpisahan. Aku hanya bisa menatapmu dari jauh melalui jendela ini, seraya berkata, “Semoga semesta memiliki cara untuk mempertemukan kita kembali di lain kesempatan.”

Dekat yang tidak disengaja dan harus berakhir asing, bukan tujuanku. Dan aku tahu sekarang! Membiarkanmu menjadi segalanya bagiku adalah kesalahan yang indah.

Aku hanya sedang menepi, tak benar-benar pergi. Maukah kau memberiku waktu sejenak? Nanti setelah semua cobaan terlewati, aku pasti kembali.

Kamu yang jauh di sana, inginku sekali lagi bertemu denganmu. Saling menyapa dan bertukar cerita. Memberitahu apa yang dirasa tanpa ada berpura-pura. Jika suatu hari nanti ada sedikit rindu, engkau bisa mendapatiku di tempat terbiasa aku menghabiskan waktu. Ketahuilah, hanya ada sebuah tempat untukmu. Sebuah tempat itu adalah hatiku.

Merelakanmu pergi adalah salah satu hal yang sulit, selain patah hati. Namun apa daya, jika sudah saling yakin melepaskan dan pergi. Setidaknya, pernah bersama mengeratkan genggaman. Biarlah nanti kisah kasih ini yang akan bercerita. Pada hari di mana kita sudah tak bisa lagi saling menyapa.

Akan tiba saatnya ketika menanyakan kabar, adalah sesuatu yang paling tidak berani kamu lakukan. Menyampaikan rindu adalah hal yang tidak mungkin kamu ungkapkan. Semuanya akan terasa asing, meskipun terkadang kamu masih suka “stalking” dan mengingat namanya paling sering.

Mungkin, kita hanya butuh seseorang yang mampu meyakinkan dan berkata: “Datanglah kapanpun kamu mau, aku akan tetap di sini, menunggumu kembali.

Meski kadang terasa perih. Tapi, saat itu memang jalan dan satu-satunya harapan yang terbaik. Kini, rasa-rasanya kita pernah memilih waktu yang tepat saat melepas, merindu, dan sekarang sedang menuju menjadi satu. Untukmu, seseorang yang pandai membuat sudut bahagia di raut wajah muramku. Terima kasih sudah percaya padaku, dan janjiku “Akan selamanya berada di tempatmu dan memulai “bahagia” ini padamu”.

Terkadang kau membutuhkan genggaman tangan orang lain untuk membantumu bangkit dan berjalan bersama menuju titik keberhasilan.

Berhati-hatilah saat memilih apa yang harus kamu perjuangkan, karena seringkali semuanya tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Sudah tiba masanya yang dulu bagiku terpenting, akan menjadi asing. Kabar darimu yang kunanti, sudah tidak seperti dulu begitu sering. Jika perpisahan menjadi sebuah keputusan yang kau ingin, tak perlu waktu lama lagi rasa ini terjalin. Karena ku sudah berusaha tabah, namun tetap saja rasanya ingin menyerah.

Rindu itu romantis. Ketika kamu berpesan kepadaku untuk segera pulang, supaya tidak tersesat saat berada di tempat yang asing bagiku. Ketika kamu diam-diam selalu mendoakanku dari jauh dan aku tidak pernah mengetahui akan hal itu.

Memang ada pahitnya, tapi juga banyak manisnya jika sudah rindu. Pahit karena hanya bisa “merasa” tanpa tegur sapa, dan terasa “manis” jika ini bisa jadi nyata, seketika kamu ada, bertatap mata, dan saling bertukar cerita tentang indahnya kita. Kamu yang di sana, jika telah usai “tugasmu” lekaslah kembali. Ada rindu yang harus kamu kunjungi di sini.

Salahku sudah menentukan “rasa” padamu. Namun, salahmu juga yang selalu sengaja ingin membuktikan bahwa kamu pantas untuk aku perjuangkan. Terima kasih untuk hatiku yang sudah sabar, terima kasih juga untukmu yang tiba-tiba pergi tanpa kabar.

Pada akhirnya kita menyadari bahwa, suatu saat nanti kita bisa dan mampu berdiri paling kuat di atas kaki sendiri.

Jangan terlalu lama berhenti di suatu titik, karena waktu terus berjalan. Begitu juga kamu! Bukan hanya sekadar tinggal lebih lama di sana, namun untuk melihat apa saja yang harus ditata untuk masa depan kita.

Hari-hari di mana kita bersama, terasa sangat singkat, bukan? Dan sisanya adalah rindu yang akan berkepanjangan. Ternyata sulit ya, merayu waktu agar bisa menjadwalkan temu antara kamu dan aku.

Ada yang berjuang untuk bertahan, ada pula yang berjuang untuk melepaskan. Tidak sedikit juga yang berjuang untuk sebuah pencapaian dan pengakuan. Tidak ada yang salah, karena mereka berjuang demi satu tujuan, yaitu kebahagiaan.

Sumber: Kereta Api Indonesia (@KAI121) / X (twitter.com)

Sumber Foto Headline: firhanshifuu (IG)

Leave a Comment