Puisi || Pelabuhan Takdir

Suatu saat di waktu senja yang memerah jingga,
Kita singgah pada malam yang sama dan hati yang penuh tanya,
“Apakah ini sekedar duduk bercerita, bercanda dan tertawa?
Ataukah sama-sama saling menyimpan rasa ?”
.
Deburan ombak yang lalu lalang,
Seakan menjadi notulen yang menuliskan memory di sebuah pantai yang sunyi,
Juga nyanyian pelepah pohon kelapa yang syahdu,
Menjadi peneduh pada hati yang menggebu tuk mengungkapkan rasa rindu,
Pada saat temu.
.
Seiring perjalanan waktu,
Kita melewati banyak pagi,
Dan menuliskan serangkaian kisah pada sajak malam,
Senyuman, tawa, juga luka sering menjadi topik utama,
Kita juga disinggahi oleh gerimis, hujan, dan terik mentari pada saat yang bersamaan,
.
Entahlah, bagiku mereka hanya kuanggap sebagai bumbu perjalanan rindu yang membuatku candu,
Dan aku tetap mengeja rasa dalam sajak-sajak yang ranum,
Tuk mengingatkanku dengan kisah yang hampir sempurna,
.
Namun rupanya,
Pada suatu titik,
Kisah kita hanyalah layaknya seperti senja,
Singgah dan memberikan keindahan yang sempurna,
Namun kita dipisahkan oleh pagi yang berbeda,
Kita hanyalah dua manusia yang singgah pada hati yang sebenarnya nyaman,
Namun kita berbeda arah dalam pelabuhan takdir.
.

Cipt : Ahmad Zubeir Rangkuti

Credit Photo by IG : @hyrachmtt

Leave a Comment